“Strategi Konservasi Tanah untuk mengurangi Erosi pada Lahan
Pertanian (Pengendalian Erosi dengan Strip Rumput)”
Disusun
Oleh :
Siti Muzayanah
123654026
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI
PENDIDIKAN IPA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya konservasi di dunia ini telah
dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Naluri manusia untuk mempertahankan
hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain dengan cara berburu,
yang merupakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai
suatu hobi atau hiburan. Sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada
dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat
konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno
konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana
konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya
alam secara bijaksana.
Pada dasarnya usaha tani konservasi merupakan suatu paket teknologi
usahatani yang bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta
melestarikan sumberdaya tanah dan air pada DAS kritis.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai strategi konservasi tanah untuk
mengurangi erosi pada lahan pertanian, sebagai upaya meningkatkan produktifitas
tanah dan meningkatkan hasil pertanian.
1.2 Rumusan Masalah :
Bagaimana strategi konservasi tanah untuk mengurangi erosi pada lahan pertanian ?
Bagaimana strategi konservasi tanah untuk mengurangi erosi pada lahan pertanian ?
1.3 Tujuan :Mengetahui strategi konservasi
tanah untuk mengurangi erosi pada lahan pertanian.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Konservasi
Konsep konservasi pertama kali dikemukakan oleh Theodore
Roosevelt pada tahun 1902. Konservasi berasal dari kata “conservation”,
bersumber dari kata con (together) dan servare (to keep, to save) yang dapat
diartikan sebagai upaya memelihara milik kita (to keep, to save what we have),
dan menggunakan milik tersebut secara bijak (wise use). Banyak definisi
mengenai konservasi. Beberapa diantaranya dapat disebutkan di sini.
- Dalam American Dictionary, konservasi dipahami sebagai menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama.
- Konservasi (biologi) fokus pada kelangsungan hidup jangka panjang dari spesies yang terancam bahaya (Hedrick 2003). Spesies dimaksud mencakupi binatang dan tumbuh-tumbuhan.
- Norton (2004) mengartikan konservasi (biologi) sebagai suatu penyesuaian mekanisme alam untuk kepentingan dan tujuan sosial.
- IUCN (2007) mengartikan konservasi sebagai manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.
- Richmond and Alison Bracker (ed) (2009) mengartikan konservasi sebagai suatu proses kompleks dan terus-menerus yang melibatkan penentuan mengenai apa yang dipandang sebagai warisan, bagaimana ia dijaga, bagaimana ia digunakan, oleh siapa, dan untuk siapa. Warisan yang disebut dalam definisi Richmond dan Alison tersebut, tidak hanya menyangkut hal fisik, tetapi juga kebudayaan.
Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai
the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).
Di Asia Timur, konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH) dimulai saat Raja
Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu dilakukan
perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan. Sedangkan di
Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para
pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang
berisi inventarisasi dari sumberdaya alam milik kerajaan.
2.2
Jenis-jenis Konservasi.
- Konservasi Tanah
Menurut
Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Upaya konservasi tanah bertujuan untuk :
1.
Mencegah erosi.
2.
Memperbaiki tanah yang rusak.
3.
Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat
digunakan secara berkelanjutan.
digunakan secara berkelanjutan.
Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan
utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia.
-
Metode vegetatif adalah
penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk
mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan
aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).
1.
Tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah (cover crop)
adalah tanaman yang biasa ditanam pada lahan kering dan dapat menutup seluruh
permukaan tanah.
Tanaman penutup tanah dimaksudkan
untuk menambah penghasilan petani dari hasil panennya, selain itu juga untuk
memperbaiki sifat tanah karena mampu menambat N dari udara dan sisa tanamannya
dapat dijadikan sumber bahan organik. Sebagai contoh tanaman penutup tanah dari
jenis legum seperti Mucuna sp.
2.
Sistem penanaman menurut strip
Yaitu cara
bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman yang ditanam berselang seling
dalam strip-strip pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau kontur.
Cara ini ada beberapa tipe yaitu:
– Penanaman dalam strip menurut garis kontur (Contour
strip cropping) susunan strip-strip harus tepat sejajar dengan kontur
dengan urutan pergiliran yang tepat pula.
– Penanaman dalam strip lapangan (field strip contour) terdiri
dari strip-strip tanaman yang tidak perlu sejajar, namun lebarnya
seragam dan disusun melintang/memotong arah lereng.
– Penanaman dalam strip penyangga (buffer strip cropping) terdiri
dari strip-strip rumput atau leguminosae yang dibuat diantara
strip-strip tanaman pokok, strip lebarnya dapat seragam atau tidak.
3.
Penghutanan kembali
Penghutanan kembali (reforestation)
secara umum dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan
hidrologi suatu wilayah dengan tanaman pohon-pohonan. Penghutanan kembali
biasanya dilakukan pada lahan-lahan kritis yang diakibatkan oleh bencana alam
misalnya kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor, dsb.
4.
Wanatani
Wanatani (agroforestry) adalah salah
satu bentuk usaha konservasi tanah yang menggabungkan antara tanaman
pohon-pohonan,atau tanaman tahunan dengan tanaman komoditas lain yang ditanam
secara bersama-sama ataupun bergantian. Sistem wanatani telah lama dikenal di
masyarakat Indonesia dan berkembang menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Pertanaman sela
Pertanaman sela adalah pertanaman
campuran antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim. Sistem ini banyak
dijumpai di daerah hutan atau kebun yang dekat dengan lokasi permukiman..
b. Penanaman lorong ( allay cropping )
b. Penanaman lorong ( allay cropping )
Sistem pertanaman lorong atau alley
cropping adalah suatu sistem dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa
barisantanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk
lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman pagar tersebut.
c. Talun hutan rakyat
Talun adalah lahan di luar wilayah
permukiman penduduk yang ditanami tanaman tahunan yang dapat diambil kayu
maupun buahnya. Ditinjau dari segi konservasi tanah, talun hutan rakyat dengan
kanopi yang rapat dapat mencegah erosi secara maksimal jugasecara umum
mempunyai fungsi seperti hutan.
d. Kebun campuran
Berbeda dengan talun hutan rakyat,
kebun campuran lebih banyak dirawat. Tanaman yang ditanam adalah tanaman
tahunan yang dimanfaatkan hasil buah, daun, dan kayunya.
e. Pekarangan
Pekarangan adalah kebun di sekitar
rumah dengan berbagai jenis tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman
tahunan. Tanaman yang umumnya ditanam di lahan pekarangan petani adalah ubi
kayu, sayuran, tanaman buah-buahan seperti tomat, pepaya, dan tanaman lain yang
umumnya bersifat subsisten.
f. Tanaman pelindung
Tanaman pelindung adalah tanaman
tahunan yang ditanam disela-sela tanaman pokok tahunan. Tanaman pelindung ini
dimaksudkan untuk mengurangi intensitas penyinaran matahari, dan dapat
melindungi tanaman pokok dari bahaya erosi terutama ketika tanaman pokok masih
muda. Tanaman pelindung ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
-
Tanaman pelindung sejenis yang
membentuk suatu system wanatani sederhana (simple agroforestry). Misalnya
tanaman pokok berupa tanaman kopi dengan satu jenis tanaman pelindung misalnya:
gamal (Gliricidia sepium), dadap (Erythrina subumbrans), lamtoro (Leucaena
leucocephala) atau kayu manis (Cinnamomum burmanii).
-
Tanaman pelindung yang beraneka
ragam dan membentuk wanatani kompleks (complex agroforestry atau system
multistrata). Misalnya tanaman pokok berupa tanaman kopi dengan dua atau lebih
tanaman pelindung misalnya: kemiri (Aleurites muluccana), jengkol
(Pithecellobium jiringa), petai (Perkia speciosa), kayu manis, dadap, lamtoro,
gamal, durian (Durio zibethinus), alpukat (Persea americana), nangka
(Artocarpus heterophyllus), cempedak (Artocarpus integer),dan lain sebagainya.
g. Silvipastura
Sistem silvipastura sebenarnya adalah
bentuk lain dari system tumpang sari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman
tahunan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak seperti rumput
gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Penniseitumpurpoides), dan
lain-lain. Silvipastura umumnya berkembang di daerah yang mempunyai banyak
hewan ruminansia.
h. Pagar hidup
Pagar hidup adalah sistem pertanaman
yang memanfaatkan tanaman sebagai pagar untuk melindungi tanaman pokok. Manfaat
tanaman pagar antara lain adalah melindungi lahan dari bahaya erosi baik erosi
air maupun angin. Tanaman pagar sebaikny atanaman yang mempunyai akar dalam dan
kuat, menghasilkan nilai tambah bagi petani baik dari hijauan, buah maupun dari
kayu bakarnya.
5. Strip rumput
Teknik konservasi dengan strip rumput
(grass strip) biasanya menggunakan rumput yang didatangkan dari luar areal
lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip menurut garis kontur
untuk mengurangi aliran permukaan dan sebagai sumber pakan ternak. Selain
bertujuan untuk menahan erosi, sistem ini juga efektif dalam mempertahankan
kelengasan tanah. Strip rumput dapat dikombinasikan dengan teknik konservasi
secara mekanis seperti penerapan teras.
6. Mulsa
Dalam konteks umum, mulsa adalah
bahan-bahan (sisa tanaman, serasah, sampah, plastik atau bahan-bahan lain) yang
disebar atau menutup permukaan tanah untuk melindungi tanah dari kehilangan air
melalui evaporasi serta kehilangan unsur hara karena hujan. Secara umum mulsa
berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah. Pemanfaatan mulsa di lahan
pertanian juga dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan gulma.
7. Barisan sisa tanaman
Pada dasarnya, sistem barisan sisa
tanaman (trash line) ini sama dengan sistem strip. Sistem ini adalah teknik
konservasi tanah yangbersifat sementara dimana gulma/rumput/sisa tanaman yang
disiangi ditumpuk berbaris. Untuk daerah berlereng biasanya ditumpuk mengikuti
garis kontur. Penumpukan ini selain dapat megurangi erosi dan menahan laju
aliran permukaan juga bias berfungsi sebagai mulsa.
8. Penyiangan parsial
Penyiangan parsial merupakan teknik
dimana lahan tidak disiangi seluruhnya yaitu dengan cara menyisakan sebagian
rumput alami maupun tanaman penutup tanah (lebar sekitar 20-30 cm) sehingga di
sekitar batang tanaman pokok akan bersih dari gulma. Teknik penyiangan yang
termasuk dalam penyiangan parsial adalah :
a. Strip tumbuhan
alami (natural vegetative strips = NVS)
b.Penyiangan
sekeliling batang tanaman pokok
9. Penerapan pola tanam
Pola tanam adalah sistem pengaturan
waktu tanam dan jenis tanaman sesuai dengan iklim, kesesuaian tanah dengan
jenistanaman, luas lahan, ketersediaan tenaga, modal, dan pemasaran. Pola tanam
berfungsi meningkatkan intensitas penutupan tanah dan mengurangi terjadinya
erosi.
a.Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman (crop rotation)
adalah sistem bercocok tanam dimana sebidang lahan ditanami dengan beberapa
jenis tanaman secara bergantian.
b. Tumpang sari
Tumpang sari (intercropping) adalah
sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang
ditanam serentak/bersamaan pada sebidang tanah.
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik
yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran
permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode
mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan,
teras, penghambat (check dam),
waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006).
Metode Kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan
erosi,yaitu dengan pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamtap tanah dalam
hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap
erosi. Bahan kimia yang banyak di pakai dalam pemantapan struktur tanah ini
adalah
1.
MCS : campuran
dimethyldichlorosilane dan methyl-trichlorosilane. Cairan ini dapat mudah
menguap, gas yang terbentuk akan bercampur dengan air tanah dan membuat agregat
tanah stabil.
2.
Emulsi Bitumen : Bitumen
merupakan bahan kimia termurah di bandingkan dengan senyawa kimia yang lain dan
mengandung gugus aktif Carboxyl. Bahan kimia ini menyebabkan tanah lebih
hidrofobik sehingga sangat bermanfaat bagi pembentukan agregat tanah yang mudah
mengeras .
3.
Polyacrylamide (PAM).
- Konservasi Air
Konservasi
air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jauh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi
banjir yang dapat merusak serta tersedianya air pada musim kemarau.
Usaha konservasi air
bertujuan untuk :
1)
Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari
sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
2)
Penghematan energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air
limbah mengonsumsi energi besar.
3)
Konservasi habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk
membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan
penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan
infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama).
·
Metode Konservasi Air
Metode pengendalian tata air yang
umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk
menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti
keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah yaitu bagian dari air yang ada di
dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan
memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).
Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan
memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang
diperlukan.
c.
Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati
Konservasi Alam
adalah suatu manajemen terhadap alam dan lingkungan secara bijaksana untuk
melindungi tanaman dan binatang. Konsevasi alam di kenal juga sebagai
pencagaralaman. Pencagaralaman merupakan sebidang lahan yang di jaga untuk
melindungi tumbuhan dan hewan yang ada di dalamnya. Definisi konservasi sumberdaya alam telah tercantum dalam dua
undang-undang Republik Indonesia, yaitu :
1. UU
No 5 Tahun 1990. Definisi konservasi sumberdaya alam hayati menurut UU Republik
Indonesia No. 5 Tahun 1990 adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya (Pasal 1 butir 2). Asas dari konservasi SDA hayati dan ekosistemnya
adalah pelestarian kemampuan dan pemanfaatan SDA hayati dalam ekosistemnya
secara serasi dan seimbang (Pasal 2). Tujuan dari konservasi SDA hayati dan
ekosistemnya yaitu mengusahakan terwujudnya kelestarian SDA hayati serta
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Pasal 3).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam konservasi alam (Pasal 5), yaitu:
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam konservasi alam (Pasal 5), yaitu:
a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b.Pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
c. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alami
hayati dan ekosistemnya.
2. UU No 23 Tahun 1997
2. UU No 23 Tahun 1997
Definisi konservasi
sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam tak terbaharui untuk
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya yang terbaharui untuk
menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragamannya (Pasal 1 butir 15). Sasaran pengelolaan LH
(Pasal 4) adalah:
a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup;
b. Terwujudnya manusia
Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak
melindungi dan membina lingkungan hidup;
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini
dan generasi masa depan;
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara
bijaksana;
f. Terlindunginya
Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di
luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
Konservasi
SDAH meliputi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya
d.
Konservasi Lingkungan
Konservasi lingkungan berarti
perlindungan lingkungan hidup agar terhindar dari kerusakan yang diakibatkan
dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kemampuan lingkungan itu sendiri. Macam-Macam Konservasi Lingkungan :
o
Konservasi Daerah Aliran Sungai
atau DAS. Konservasi DAS meliputi beberapa aspek yaitu pengendalian pencemaran
air, limbah industri, limbah rumah tangga, mempertahankan vegetasi di wilayah
hulu sungai, dan lain-lain.
o
Konservasi daerah pesisir dan
laut. Dalam hal ini diperlukan beberapa zona konservasi atau biasa disebut
dengan zonasi. Untuk daerah pesisir dan laut diperlukan 3 zona konservasi yaitu
kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya.
o
Konservasi hutan. Ada beberapa
upaya konservasi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan dan memanfaatkan hutan
secara benar. Konservasi tipe ekosistem. Ada 2 cara konservasi ekosistem yaitu
In Situ dan Ek Situ. In Situ adalah konservasi lingkungan khususnya tumbuhan
dan hewan di habitat aslinya. Ek Situ adalah konservasi tumbuhan dan hewan yang
dipindahkan dari habitat aslinya untuk kemudian dipelihara di habitat yang
baru.
Beberapa tujuan
yang ingin dicapai dengan adanya konservasi lingkungan, diantaranya:
o
Hubungan yang selaras antara
manusia dan lingkungan.
o
Pemanfaatan lingkungan yang
benar dan bijaksana.
o
Perlindungan lingkungan untuk
generasi mendatang.
o
Berkurangnya pencemaran
dan kerusakan lingkungan
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Strategi
Konservasi Tanah untuk mengurangi Erosi pada Lahan Pertanian (Pengendalian
Erosi dengan Strip Rumput).
Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah
akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu perubahan segi fisik, kimia
ataupun biologi. Perubahan-perubahan ini terutama terjadi karena pengaruh
berbagai unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan
atau perlakuan manusia. Kerusakan tanah mengakibatkan hilangnya lapisan tanah
paling atas yang banyak mengandung unsur hara organik dan mineral yang dikenal
dengan istilah Erosi Tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2005).
Keadaan iklim yang paling berpengaruh
terhadap erosi adalah hujan. Selain hujan, jenis dan pertumbuhan vegetasi serta
jenis tanah juga mempengaruhi erosi di daerah tropis (Arsyad, 1989). Hujan
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap erosi di Indonesia, dimana
besarnya curah hujan (intensitas) dan lamanya hujan menentukan kekuatan
dispersi hujan terhadap tanah serta kecepatan aliran permukaan dan kerusakan
erosi. Air hujan yang jatuh menimpa tanah di lahan yang terbuka akan
menyebabkan tanah terdispersi. Jika intensitas hujan melebihi kapasitas
infiltrasi tanah, maka sebagian air hujan yang jatuh akan mengalir menjadi
aliran permukaan (run off). Banyaknya air yang mengalir di permukaan
tanah bergantung pada hubungan antara intensitas hujan dengan kapasitas
infiltrasi tanah. Tumbuhan yang hidup di atas permukaan tanah dapat memperbaiki
kemampuan tanah menyerap air dan memperkecil kekuatan perusak butir-butir hujan
yang jatuh dan daya dispersi serta daya angkut aliran permukaan. (Surbakti,
2009). Perlakuan yang diberikan oleh manusia akan menentukan apakah tanah itu
akan menjadi produktif atau bahkan menjadi rusak.
3.2 Masalah
Permasalahan
tanah seperti itu terjadi di berbagai daerah, salah satunya Jember. Jember merupakan
daerah yang memiliki areal pertanian yang di dominasi oleh tanaman holtikultura,
pertanian, dan perkebunan. Umumnya cara pertanian hortikultura dilakukan dengan
pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan tanah secara intensif yang tidak
menerapkan kaidah konservasi tanah dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah,
menurunkan kapasitas infiltrasi tanah, dan daya hantar air yang selanjutnya
menyebabkan erosi tanah (Pomalingo dan Husain, 2003). Lahan-lahan
pertanian yang terus-menerus ditanami tanpa istirahat (fallow), dan
tanpa disertai cara pengelolaan tanaman, tanah, dan air yang baik dan tepat,
akan mengalami penurunan produktifitas tanah. Penurunan produktifitas ini dapat
disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah, dimana unsur hara yang terdapat
pada lapisan tanah atas hilang bersamaan dengan terjadinya proses erosi.
3.3 Solusi
Untuk
itu salah satu cara penanggulanginya adalah dengan menerapkan strategi strip
rumput. Strip rumput juga merupakan salah satu upaya untuk mencegah erosi. Teknik
konservasi dengan strip rumput (grass strip) biasanya menggunakan rumput yang
didatangkan dari luar areal lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip
menurut garis kontur untuk mengurangi aliran permukaan dan sebagai sumber pakan
ternak. Selain bertujuan untuk menahan erosi, sistem ini juga efektif dalam
mempertahankan kelengasan tanah. Strip rumput dapat dikombinasikan dengan
teknik konservasi secara mekanis seperti penerapan teras.
Konservasi
lahan kritis dengan sistem pertanaman strip rumput hampir sama dengan
pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat
mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih. Semakin lebar strip
semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan
ternak. Penanaman rumput pakan ternak di dalam jalur strip. Penanaman dilakukan
menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat selang seling agar rumput
dapat tumbuh baik dan usahakan penanaman dilakukan pada awal musim hujan.
Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya di tengah antara barisan tanaman
pokok.
A. Sistem penanaman menurut strip
Penanaman menurut strip (strip
cropping) adalah system pertanaman, dimana dalam satu bidang lahan ditanami
tanaman dengan jarak tanam tertentu dan berselang-seling dengan jenis tanaman
lainnya searah kontur. Misalnya penanaman jagung dalamsatu strip searah kontur
dengan lebar strip 3-5 m atau 5-10 mtergantung kemiringan lahan, di lereng
bawahnya ditanam kacang tanah dengan sistem sama dengan penanaman jagung, strip
rumput atau tanaman penutup tanah yang lain.
Penanaman:
- Bibit rumput ditanam sejajar kontur dan sebaiknya terdiri atas 2 barisan rumput atau lebih tergantung kepada berapa persen lahan akan ditanami rumput. Jarak antar barisan 30 cm dan jarak dalam baris 20-30 cm.
- Jarak antara strip rumput disesuaikan dengan Tabel 9.1.
- Jika biji rumput tersedia, penanaman dengan biji memerlukan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan dengan penanaman dengan stek
Semakin curam lereng, maka strip yang
dibuat akan semakin sempit sehingga jenis tanaman yang berselang-seling tampak
lebih rapat. Sistem ini sangat efektif dalam mengurangi erosi hingga
70-75%(FAO, 1976) dan vegetasi yang ditanam (dari jenis legum) akan mampu
memperbaiki sifat tanah walaupun terjadi pengurangan luas areal tanaman utama
sekitar 30-50%.
Sistem ini biasa diterapkan di daerah dengan topografi
berbukit sampai bergunung dan biasanya dikombinasikan dengan teknik konservasi
lain seperti tanaman pagar, saluran pembuangan air, dan lain-lain. Penanaman
menurut strip merupakan usaha pengaturan tanaman sehingga tidak memerlukan
modal yang besar.
- Jenis rumput yang umum digunakan antara lain:
bahia (Paspalum notatum), bede (Brachiaria
decumbens), rumput palisade (Brachiaria brizantha), rumput ruzi (Brachiaria
ruziiensis), rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum
sp), serai (Cymbopogon citratus), setaria (Setaria sphacelata,
Setaria anceps dan vetiver (Viteveria zizanioides)
Larikan Rumput
Penanaman
larikan (strip) rumputan di sepanjang kontur berfungsi untuk mengurangi panjang
lereng, memperlambat laju aliran permukaan dan menahan tanah yang tererosi dari
bidang olah. Larikan rumput dapat menjadi awal pembentukan teras secara alamiah
di lereng karena terkumpulnya tanah di belakang larikan rumput. Proses
ini bahkan sudah terjadi semenjak tahun pertama.
Rumput dapat ditanam di
sepanjang dasar dan pinggiran parit untuk menguatkan parit dan mencegah
tererosinya lereng di atasnya. Rumput dapat juga ditanam pada tampingan teras
bangku untuk mencegah erosi dan memperkuat terasnya. Jarak antara larikan
rumput ditentukan oleh kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian
(interval tegak. Perbedaan ketinggian antara larikan sebesar 1,25 meter cukup
memadai, namun apabila diinginkan jumlah yang lebih tinggi, maka perbedaan
ketinggian harus diperpendek. Larikan rumput harus ditata mengikuti kontur.
Lebar lahan untuk tiap larikan kira-kira 0,5 meter. Untuk menghindari bibit
rumput yang baru ditanam hanyut terbawa aliran permukaan, maka di sebelah
atas larikan perlu dibuat sebuah parit kecil yang dalamnya sekitar 15 cm.
Pada lereng, benih atau
anakan rumput ditanam dalam barisan berganda (dengan jarak 50 cm) di
sepanjang kontur dengan jarak antar larikan disesuaikan dengan keadaan lahan.
Dalam parit, anakan ditanam dengan rapat dalam satu barisan. Pada
tampingan teras bangku, anakan ditanam dalam polla segitiga dengan jarak 30 x
20 cm.
Untuk mencegah rumput
berbunga, menaungi dan menyebar ke bidang tanam di antara teras, rumput perlu
dipangkas secara teratur ( setiap 2 – 4 bulan). Dengan demikian larikan
bisa sangat cocok untuk para petani yang memelihara ternak di dalam kandang.
Rumput juga dapat digunakan sebagai mulsa di antara tanaman.
Beberapa tahun terakhir ini di tingkat internasional rumput
vetiver sangat populer sebagai jenis rumput yang unggul untuk tujuan
konservasi tanah dan penguatan tebing. Pemangkasan pertama biasanya dapat
dilakukan ketika rumput vetiver telah berumur sekitar 4 bulan terhitung sejak
waktu penanamannya. Pemangkasan-pemangkasan berikutnya dapat dilakukan setiap
40 hari pada musim hujan atau setiap 40 – 60 hari pada musim kemarau. Untuk
lahan yang akan digunakan untuk budidaya tanaman pangan semusim, sebaiknya
larikan rumput hanya digunakan sampai kemiringan lereng 15%.
C. Keuntungan
Penanaman Strip Rumput
Keuntungan yang diperoleh dari
penanaman strip rumput , yaitu :
- Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja dan biaya yang rendah.
- Efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan tanah
- Menghasilkan rumput untuk pakan ternak atau untuk mulsa
- Secara berangsur dapat membentuk teras bangku jika dikehendaki.
C. Kelemahan
- Pengelolaan larikan rumput memerlukan waktu tenaga kerja
- Penggunaan potongan rumput sebagai mulsa dapat menjadi masalah tanaman pengganggu
- Larikan rumput menggunakan luasan lahan yang juga bisa digunakan untuk tanaman pangan.
- Tanaman rumput, kecuali vetiver, akan menyaingi barisan utama tanaman yang berjarak sekitar 50 cm dari larikan dalam penyerapan unsur hara, sehingga terjadi penurunan produksi tanaman utama pada baris tersebut. Dalam hal rumput yang pertumbuhannya tinggi seperti rumput raja (rumput hasil persilangan antara Pennisetum purpureum dengan Pennisetum americanum), persaingan tersebut itu bukan saja meliputi unsur hara tetapi juga persaingan untuk mendapatkan sinar matahari.
D.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi adopsi
Faktor biofisik
- Tidak sesuai untuk lahan-lahan pada lereng yang sangat miring atau di daerah-daerah yang hujannya lama.
- Di daerah-daerah yang kering, banyak rumput yang tidak tahan kekeringan
- Iklim kering akan membatasi pilihan jenis rumput yang sesuai.
Faktor sosial ekonomi
- Para petani mungkin tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengelola rumput dengan baik sehingga rumput menjadi tanaman pengganggu
- Dalam sistem-sistem pertanian tradisional dengan ternak bebas berkeliaran, para petani mungkin tidak ingin menerapkan teknik pemeliharaan ternak dalam kandang
- Para petani merasa bahwa rumput menjadi tempat persembunyian tikus yang mengancam tanaman pangan
- Di banyak lokasi bahan tanaman tidak tersedia
- Petani yang tidak memiliki ternak mungkin tidak tertarik dengan teknik ini
- Kerugian produksi tanaman utama karena persaingan dengan rumput.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Strategi konsevasi tanah bias di
lakukan dengan berbagai macam cara. Konservasi tanah pada dasarnya merupakan
cara penggunaan tanah yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Salah satu strategi konservasi tanah dalam mengurasi
erosi pada lahan pertanian adalah dengan pemulsaan.
4.2
Saran
Pengelolaan lahan pertanian
harus dilakukan secara serius dengan strategi strategi khusus yang juga
disesuaikan dengan keaadaan lahan kering itu sendiri. Baik tingkat kemiringan,
ketinggian tempat dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi
Tanah Dan Air. Bogor : IPB Press
Aulia, nurul. 2012. Konservasi mekanik dan kimia. Yang
diakses pada http://www.slideshare.net/Nurul_Aulia/konservasi-mekanik-dan-kimia,
pada 8 november 2012, pukul 19.20 WIB
Balai besar litbang. 2007. Petunjuk Teknis Konservasi Air Dan Tanah. Yang di akses pada http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/download/jukniskta.pdf,
pada tanggal 8 November 2012, pukul 19.30 WIB
http://konservasitanahdanairrosapbiol09.blogspot.com/,
diakses pada 29 september 2013
Pelatihan
Komputer dan Sistem e-Petani (Pelatihan Bagi Penyuluh Kecamatan) Program
Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) 2010
http://aristinnk11s.student.ipb.ac.id/2011/08/07/pertanian-di-jember/,
di akses 6 Oktober 06 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar