Minggu, 21 Desember 2014

KONSERVASI TANAH


“Strategi Konservasi Tanah untuk mengurangi Erosi pada Lahan Pertanian (Pengendalian Erosi dengan Strip Rumput)”













Disusun Oleh :
Siti Muzayanah



123654026




UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
2014





BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu.  Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi atau hiburan.  Sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana.

Pada dasarnya usaha tani konservasi merupakan suatu paket teknologi usahatani yang bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta melestarikan sumberdaya tanah dan air pada DAS kritis. Pada makalah ini akan dibahas mengenai strategi konservasi tanah untuk mengurangi erosi pada lahan pertanian, sebagai upaya meningkatkan produktifitas tanah dan meningkatkan hasil pertanian.


1.2  Rumusan Masalah :
Bagaimana strategi konservasi tanah untuk mengurangi erosi pada lahan pertanian ?


1.3  Tujuan :Mengetahui strategi konservasi tanah untuk mengurangi erosi pada lahan pertanian.





                                             BAB II

                             KAJIAN TEORI


2.1  Pengertian Konservasi



Konsep konservasi pertama kali dikemukakan oleh Theodore Roosevelt pada tahun 1902. Konservasi berasal dari kata “conservation”, bersumber dari kata con (together) dan servare (to keep, to save) yang dapat diartikan sebagai upaya memelihara milik kita (to keep, to save what we have), dan menggunakan milik tersebut secara bijak (wise use). Banyak definisi mengenai konservasi. Beberapa diantaranya dapat disebutkan di sini.

  • Dalam American Dictionary, konservasi dipahami sebagai menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama.
  • Konservasi (biologi) fokus pada kelangsungan hidup jangka panjang dari spesies yang terancam bahaya (Hedrick 2003). Spesies dimaksud mencakupi binatang dan tumbuh-tumbuhan.
  • Norton (2004) mengartikan konservasi (biologi) sebagai suatu penyesuaian mekanisme alam untuk kepentingan dan tujuan sosial.
  • IUCN (2007) mengartikan konservasi sebagai manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.
  • Richmond and Alison Bracker (ed) (2009) mengartikan konservasi sebagai suatu proses kompleks dan terus-menerus yang melibatkan penentuan mengenai apa yang dipandang sebagai warisan, bagaimana ia dijaga, bagaimana ia digunakan, oleh siapa, dan untuk siapa. Warisan yang disebut dalam definisi Richmond dan Alison tersebut, tidak hanya menyangkut hal fisik, tetapi juga kebudayaan.
Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana). Di Asia Timur, konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH) dimulai saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan.  Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang berisi inventarisasi dari sumberdaya alam milik kerajaan. 

2.2  Jenis-jenis Konservasi.


  1. Konservasi Tanah
Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah bertujuan untuk :

1.      Mencegah erosi.

2.      Memperbaiki tanah yang rusak.

3.      Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat
   digunakan secara berkelanjutan.

Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia.


-          Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).


1.      Tanaman penutup tanah

Tanaman penutup tanah (cover crop) adalah tanaman yang biasa ditanam pada lahan kering dan dapat menutup seluruh permukaan tanah. 

Tanaman penutup tanah dimaksudkan untuk menambah penghasilan petani dari hasil panennya, selain itu juga untuk memperbaiki sifat tanah karena mampu menambat N dari udara dan sisa tanamannya dapat dijadikan sumber bahan organik. Sebagai contoh tanaman penutup tanah dari jenis legum seperti Mucuna sp.

2.      Sistem penanaman menurut strip

      Yaitu cara bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman yang ditanam berselang seling dalam strip-strip pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau kontur. Cara ini ada beberapa tipe yaitu:

– Penanaman dalam strip menurut garis kontur (Contour strip cropping) susunan strip-strip harus tepat sejajar dengan kontur dengan urutan pergiliran yang tepat pula.

– Penanaman dalam strip lapangan (field strip contour) terdiri dari strip-strip tanaman yang tidak perlu sejajar, namun lebarnya seragam dan disusun melintang/memotong arah lereng.

– Penanaman dalam strip penyangga (buffer strip cropping) terdiri dari strip-strip rumput atau leguminosae yang dibuat diantara strip-strip tanaman pokok, strip lebarnya dapat seragam atau tidak.

3.      Penghutanan kembali

Penghutanan kembali (reforestation) secara umum dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi suatu wilayah dengan tanaman pohon-pohonan. Penghutanan kembali biasanya dilakukan pada lahan-lahan kritis yang diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor, dsb.

4.      Wanatani

Wanatani (agroforestry) adalah salah satu bentuk usaha konservasi tanah yang menggabungkan antara tanaman pohon-pohonan,atau tanaman tahunan dengan tanaman komoditas lain yang ditanam secara bersama-sama ataupun bergantian. Sistem wanatani telah lama dikenal di masyarakat Indonesia dan berkembang menjadi beberapa macam, yaitu : 

a. Pertanaman sela

Pertanaman sela adalah pertanaman campuran antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim. Sistem ini banyak dijumpai di daerah hutan atau kebun yang dekat dengan lokasi permukiman..
b. Penanaman lorong ( allay cropping )

Sistem pertanaman lorong atau alley cropping adalah suatu sistem dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa barisantanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman pagar tersebut.

c. Talun hutan rakyat

Talun adalah lahan di luar wilayah permukiman penduduk yang ditanami tanaman tahunan yang dapat diambil kayu maupun buahnya. Ditinjau dari segi konservasi tanah, talun hutan rakyat dengan kanopi yang rapat dapat mencegah erosi secara maksimal jugasecara umum mempunyai fungsi seperti hutan.

d. Kebun campuran

Berbeda dengan talun hutan rakyat, kebun campuran lebih banyak dirawat. Tanaman yang ditanam adalah tanaman tahunan yang dimanfaatkan hasil buah, daun, dan kayunya.

e. Pekarangan

Pekarangan adalah kebun di sekitar rumah dengan berbagai jenis tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Tanaman yang umumnya ditanam di lahan pekarangan petani adalah ubi kayu, sayuran, tanaman buah-buahan seperti tomat, pepaya, dan tanaman lain yang umumnya bersifat subsisten.

f. Tanaman pelindung

Tanaman pelindung adalah tanaman tahunan yang ditanam disela-sela tanaman pokok tahunan. Tanaman pelindung ini dimaksudkan untuk mengurangi intensitas penyinaran matahari, dan dapat melindungi tanaman pokok dari bahaya erosi terutama ketika tanaman pokok masih muda. Tanaman pelindung ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

-          Tanaman pelindung sejenis yang membentuk suatu system wanatani sederhana (simple agroforestry). Misalnya tanaman pokok berupa tanaman kopi dengan satu jenis tanaman pelindung misalnya: gamal (Gliricidia sepium), dadap (Erythrina subumbrans), lamtoro (Leucaena leucocephala) atau kayu manis (Cinnamomum burmanii).


-          Tanaman pelindung yang beraneka ragam dan membentuk wanatani kompleks (complex agroforestry atau system multistrata). Misalnya tanaman pokok berupa tanaman kopi dengan dua atau lebih tanaman pelindung misalnya: kemiri (Aleurites muluccana), jengkol (Pithecellobium jiringa), petai (Perkia speciosa), kayu manis, dadap, lamtoro, gamal, durian (Durio zibethinus), alpukat (Persea americana), nangka (Artocarpus heterophyllus), cempedak (Artocarpus integer),dan lain sebagainya.


g. Silvipastura

Sistem silvipastura sebenarnya adalah bentuk lain dari system tumpang sari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman tahunan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Penniseitumpurpoides), dan lain-lain. Silvipastura umumnya berkembang di daerah yang mempunyai banyak hewan ruminansia.

h. Pagar hidup

Pagar hidup adalah sistem pertanaman yang memanfaatkan tanaman sebagai pagar untuk melindungi tanaman pokok. Manfaat tanaman pagar antara lain adalah melindungi lahan dari bahaya erosi baik erosi air maupun angin. Tanaman pagar sebaikny atanaman yang mempunyai akar dalam dan kuat, menghasilkan nilai tambah bagi petani baik dari hijauan, buah maupun dari kayu bakarnya.

5.      Strip rumput

Teknik konservasi dengan strip rumput (grass strip) biasanya menggunakan rumput yang didatangkan dari luar areal lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip menurut garis kontur untuk mengurangi aliran permukaan dan sebagai sumber pakan ternak. Selain bertujuan untuk menahan erosi, sistem ini juga efektif dalam mempertahankan kelengasan tanah. Strip rumput dapat dikombinasikan dengan teknik konservasi secara mekanis seperti penerapan teras.



6.      Mulsa

Dalam konteks umum, mulsa adalah bahan-bahan (sisa tanaman, serasah, sampah, plastik atau bahan-bahan lain) yang disebar atau menutup permukaan tanah untuk melindungi tanah dari kehilangan air melalui evaporasi serta kehilangan unsur hara karena hujan. Secara umum mulsa berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah. Pemanfaatan mulsa di lahan pertanian juga dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan gulma.



7.      Barisan sisa tanaman



Pada dasarnya, sistem barisan sisa tanaman (trash line) ini sama dengan sistem strip. Sistem ini adalah teknik konservasi tanah yangbersifat sementara dimana gulma/rumput/sisa tanaman yang disiangi ditumpuk berbaris. Untuk daerah berlereng biasanya ditumpuk mengikuti garis kontur. Penumpukan ini selain dapat megurangi erosi dan menahan laju aliran permukaan juga bias berfungsi sebagai mulsa.



8.      Penyiangan parsial



Penyiangan parsial merupakan teknik dimana lahan tidak disiangi seluruhnya yaitu dengan cara menyisakan sebagian rumput alami maupun tanaman penutup tanah (lebar sekitar 20-30 cm) sehingga di sekitar batang tanaman pokok akan bersih dari gulma. Teknik penyiangan yang termasuk dalam penyiangan parsial adalah :



a. Strip tumbuhan alami (natural vegetative strips = NVS)



b.Penyiangan sekeliling batang tanaman pokok



9.      Penerapan pola tanam



Pola tanam adalah sistem pengaturan waktu tanam dan jenis tanaman sesuai dengan iklim, kesesuaian tanah dengan jenistanaman, luas lahan, ketersediaan tenaga, modal, dan pemasaran. Pola tanam berfungsi meningkatkan intensitas penutupan tanah dan mengurangi terjadinya erosi.



a.Pergiliran tanaman



Pergiliran tanaman (crop rotation) adalah sistem bercocok tanam dimana sebidang lahan ditanami dengan beberapa jenis tanaman secara bergantian.



b. Tumpang sari



Tumpang sari (intercropping) adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak/bersamaan pada sebidang tanah.



         Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras,  penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006).



         Metode Kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan erosi,yaitu dengan pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamtap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia yang banyak di pakai dalam pemantapan struktur tanah ini adalah



1.   MCS : campuran dimethyldichlorosilane dan methyl-trichlorosilane. Cairan ini dapat mudah menguap, gas yang terbentuk akan bercampur dengan air tanah dan membuat agregat tanah stabil.



2.   Emulsi Bitumen : Bitumen merupakan bahan kimia termurah di bandingkan dengan senyawa kimia yang lain dan mengandung gugus aktif Carboxyl. Bahan kimia ini menyebabkan tanah lebih hidrofobik sehingga sangat bermanfaat bagi pembentukan agregat tanah yang mudah mengeras .



3.   Polyacrylamide (PAM).







  1. Konservasi Air



Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jauh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak serta tersedianya air pada musim kemarau.



Usaha konservasi air bertujuan untuk :



1)      Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.



2)      Penghematan energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah mengonsumsi energi besar.



3)      Konservasi habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama).



·         Metode Konservasi Air



Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah yaitu bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008). Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan.







c.       Konservasi Sumber Daya Alam Hayati



                        Konservasi  Alam adalah suatu manajemen terhadap alam dan lingkungan secara bijaksana untuk melindungi tanaman dan binatang. Konsevasi alam di kenal juga sebagai pencagaralaman. Pencagaralaman merupakan sebidang lahan yang di jaga untuk melindungi tumbuhan dan hewan yang ada di dalamnya. Definisi konservasi sumberdaya alam telah tercantum dalam dua undang-undang Republik Indonesia, yaitu :



1. UU No 5 Tahun 1990. Definisi konservasi sumberdaya alam hayati menurut UU Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya (Pasal 1 butir 2). Asas dari konservasi SDA hayati dan ekosistemnya adalah pelestarian kemampuan dan pemanfaatan SDA hayati dalam ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Pasal 2). Tujuan dari konservasi SDA hayati dan ekosistemnya yaitu mengusahakan terwujudnya kelestarian SDA hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (Pasal 3).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam konservasi alam (Pasal 5), yaitu:

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan;
b.Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
c. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alami hayati dan ekosistemnya.

2. UU No 23 Tahun 1997

         Definisi konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (Pasal 1 butir 15). Sasaran pengelolaan LH (Pasal 4) adalah:

a.  Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup;
b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Konservasi SDAH meliputi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

d.      Konservasi Lingkungan
Konservasi lingkungan berarti perlindungan lingkungan hidup agar terhindar dari kerusakan yang diakibatkan dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kemampuan lingkungan itu sendiri. Macam-Macam Konservasi Lingkungan :

o    Konservasi Daerah Aliran Sungai atau DAS. Konservasi DAS meliputi beberapa aspek yaitu pengendalian pencemaran air, limbah industri, limbah rumah tangga, mempertahankan vegetasi di wilayah hulu sungai, dan lain-lain.

o    Konservasi daerah pesisir dan laut. Dalam hal ini diperlukan beberapa zona konservasi atau biasa disebut dengan zonasi. Untuk daerah pesisir dan laut diperlukan 3 zona konservasi yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya.

o    Konservasi hutan. Ada beberapa upaya konservasi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan dan memanfaatkan hutan secara benar. Konservasi tipe ekosistem. Ada 2 cara konservasi ekosistem yaitu In Situ dan Ek Situ. In Situ adalah konservasi lingkungan khususnya tumbuhan dan hewan di habitat aslinya. Ek Situ adalah konservasi tumbuhan dan hewan yang dipindahkan dari habitat aslinya untuk kemudian dipelihara di habitat yang baru.

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan adanya konservasi lingkungan, diantaranya:

o    Hubungan yang selaras antara manusia dan lingkungan.
o    Pemanfaatan lingkungan yang benar dan bijaksana.
o    Perlindungan lingkungan untuk generasi mendatang.
o    Berkurangnya pencemaran dan kerusakan lingkungan




                                                           



                                              BAB III

                                      PEMBAHASAN




3.1  Strategi Konservasi Tanah untuk mengurangi Erosi pada Lahan Pertanian (Pengendalian Erosi dengan Strip Rumput).



Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu perubahan segi fisik, kimia ataupun biologi. Perubahan-perubahan ini terutama terjadi karena pengaruh berbagai unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan manusia. Kerusakan tanah mengakibatkan hilangnya lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur hara organik dan mineral yang dikenal dengan istilah Erosi Tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2005).


Keadaan iklim yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah hujan. Selain hujan, jenis dan pertumbuhan vegetasi serta jenis tanah juga mempengaruhi erosi di daerah tropis (Arsyad, 1989). Hujan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap erosi di Indonesia, dimana besarnya curah hujan (intensitas) dan lamanya hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah serta kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi. Air hujan yang jatuh menimpa tanah di lahan yang terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi. Jika intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, maka sebagian air hujan yang jatuh akan mengalir menjadi aliran permukaan (run off). Banyaknya air yang mengalir di permukaan tanah bergantung pada hubungan antara intensitas hujan dengan kapasitas infiltrasi tanah. Tumbuhan yang hidup di atas permukaan tanah dapat memperbaiki kemampuan tanah menyerap air dan memperkecil kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh dan daya dispersi serta daya angkut aliran permukaan. (Surbakti, 2009). Perlakuan yang diberikan oleh manusia akan menentukan apakah tanah itu akan menjadi produktif atau bahkan menjadi rusak.


3.2  Masalah


            Permasalahan tanah seperti itu terjadi di berbagai daerah, salah satunya Jember. Jember merupakan daerah yang memiliki areal pertanian yang di dominasi oleh tanaman holtikultura, pertanian, dan perkebunan. Umumnya cara pertanian hortikultura dilakukan dengan pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan tanah secara intensif yang tidak menerapkan kaidah konservasi tanah dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah, menurunkan kapasitas infiltrasi tanah, dan daya hantar air yang selanjutnya menyebabkan erosi tanah (Pomalingo dan Husain, 2003). Lahan-lahan pertanian yang terus-menerus ditanami tanpa istirahat (fallow), dan tanpa disertai cara pengelolaan tanaman, tanah, dan air yang baik dan tepat, akan mengalami penurunan produktifitas tanah. Penurunan produktifitas ini dapat disebabkan oleh menurunnya kesuburan tanah, dimana unsur hara yang terdapat pada lapisan tanah atas hilang bersamaan dengan terjadinya proses erosi.


3.3 Solusi


            Untuk itu salah satu cara penanggulanginya adalah dengan menerapkan strategi strip rumput. Strip rumput juga merupakan salah satu upaya untuk mencegah erosi. Teknik konservasi dengan strip rumput (grass strip) biasanya menggunakan rumput yang didatangkan dari luar areal lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip menurut garis kontur untuk mengurangi aliran permukaan dan sebagai sumber pakan ternak. Selain bertujuan untuk menahan erosi, sistem ini juga efektif dalam mempertahankan kelengasan tanah. Strip rumput dapat dikombinasikan dengan teknik konservasi secara mekanis seperti penerapan teras.


            Konservasi lahan kritis dengan sistem pertanaman strip rumput hampir sama dengan pertanaman lorong tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 meter atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak. Penanaman rumput pakan ternak di dalam jalur strip. Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat selang seling agar rumput dapat tumbuh baik dan usahakan penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya di tengah antara barisan tanaman pokok.



A.    Sistem penanaman menurut strip


Penanaman menurut strip (strip cropping) adalah system pertanaman, dimana dalam satu bidang lahan ditanami tanaman dengan jarak tanam tertentu dan berselang-seling dengan jenis tanaman lainnya searah kontur. Misalnya penanaman jagung dalamsatu strip searah kontur dengan lebar strip 3-5 m atau 5-10 mtergantung kemiringan lahan, di lereng bawahnya ditanam kacang tanah dengan sistem sama dengan penanaman jagung, strip rumput atau tanaman penutup tanah yang lain.


Penanaman:
  • Bibit rumput ditanam sejajar kontur dan sebaiknya terdiri atas 2 barisan rumput atau lebih tergantung kepada berapa persen lahan akan ditanami rumput. Jarak antar barisan 30 cm dan jarak dalam baris 20-30 cm.
  • Jarak antara strip rumput disesuaikan dengan Tabel 9.1.
  • Jika biji rumput tersedia, penanaman dengan biji memerlukan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan dengan penanaman dengan stek

Semakin curam lereng, maka strip yang dibuat akan semakin sempit sehingga jenis tanaman yang berselang-seling tampak lebih rapat. Sistem ini sangat efektif dalam mengurangi erosi hingga 70-75%(FAO, 1976) dan vegetasi yang ditanam (dari jenis legum) akan mampu memperbaiki sifat tanah walaupun terjadi pengurangan luas areal tanaman utama sekitar 30-50%.

Sistem ini biasa diterapkan di daerah dengan topografi berbukit sampai bergunung dan biasanya dikombinasikan dengan teknik konservasi lain seperti tanaman pagar, saluran pembuangan air, dan lain-lain. Penanaman menurut strip merupakan usaha pengaturan tanaman sehingga tidak memerlukan modal yang besar.

  1. Jenis rumput yang  umum digunakan antara lain:

      bahia (Paspalum notatum), bede (Brachiaria decumbens), rumput palisade (Brachiaria brizantha), rumput ruzi (Brachiaria ruziiensis), rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput raja (Pennisetum sp), serai (Cymbopogon citratus), setaria (Setaria sphacelata, Setaria anceps dan vetiver (Viteveria zizanioides)




Larikan Rumput

Penanaman larikan (strip) rumputan di sepanjang kontur berfungsi untuk mengurangi panjang lereng, memperlambat laju aliran permukaan dan menahan tanah yang tererosi dari bidang olah. Larikan rumput dapat menjadi awal pembentukan teras secara alamiah di lereng  karena terkumpulnya tanah di belakang larikan rumput. Proses ini bahkan sudah terjadi semenjak tahun pertama.

Rumput dapat ditanam di sepanjang dasar dan pinggiran parit untuk menguatkan parit dan mencegah tererosinya lereng di atasnya. Rumput dapat juga ditanam pada tampingan teras bangku untuk mencegah erosi dan memperkuat terasnya. Jarak antara larikan rumput ditentukan oleh kemiringan lereng  dan perbedaan ketinggian (interval tegak. Perbedaan ketinggian antara larikan sebesar 1,25 meter cukup memadai, namun apabila diinginkan jumlah yang lebih tinggi, maka perbedaan ketinggian harus diperpendek. Larikan rumput harus ditata mengikuti kontur. Lebar lahan untuk tiap larikan kira-kira 0,5 meter. Untuk menghindari bibit rumput  yang baru ditanam hanyut terbawa aliran permukaan, maka di sebelah atas larikan perlu dibuat sebuah parit kecil yang dalamnya sekitar 15 cm.


Pada lereng, benih atau anakan rumput ditanam  dalam barisan berganda (dengan jarak 50 cm) di sepanjang kontur dengan jarak antar larikan disesuaikan dengan keadaan lahan. Dalam parit, anakan ditanam dengan  rapat dalam satu barisan. Pada tampingan teras bangku, anakan ditanam dalam polla segitiga dengan jarak 30 x 20 cm.


Untuk mencegah rumput berbunga, menaungi dan menyebar ke bidang tanam di antara teras, rumput perlu dipangkas secara teratur ( setiap 2 – 4 bulan).  Dengan demikian larikan bisa sangat cocok untuk para petani yang memelihara ternak di dalam kandang. Rumput juga dapat digunakan sebagai mulsa di antara tanaman.



Beberapa tahun terakhir ini  di tingkat internasional rumput vetiver sangat populer  sebagai jenis rumput yang unggul untuk tujuan konservasi tanah dan penguatan tebing. Pemangkasan pertama biasanya dapat dilakukan ketika rumput vetiver telah berumur sekitar 4 bulan terhitung sejak waktu penanamannya. Pemangkasan-pemangkasan berikutnya dapat dilakukan setiap 40 hari pada musim hujan atau setiap 40 – 60 hari pada musim kemarau. Untuk lahan yang akan digunakan untuk budidaya tanaman pangan semusim, sebaiknya larikan rumput hanya digunakan sampai kemiringan lereng 15%.


C.    Keuntungan Penanaman Strip Rumput


Keuntungan yang diperoleh dari penanaman strip rumput , yaitu :

  1. Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja dan biaya yang rendah.
  2. Efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan tanah
  3. Menghasilkan rumput untuk pakan ternak atau untuk mulsa
  4. Secara berangsur dapat membentuk teras bangku jika dikehendaki.



C.  Kelemahan

  1. Pengelolaan larikan rumput memerlukan waktu tenaga kerja
  2. Penggunaan potongan rumput sebagai mulsa dapat menjadi  masalah tanaman pengganggu
  3. Larikan rumput menggunakan luasan lahan yang juga bisa digunakan untuk tanaman pangan.
  4. Tanaman rumput, kecuali vetiver, akan menyaingi barisan utama tanaman yang berjarak sekitar 50 cm dari larikan dalam penyerapan unsur hara, sehingga terjadi penurunan produksi  tanaman utama pada baris   tersebut. Dalam hal rumput yang pertumbuhannya tinggi seperti rumput raja (rumput hasil persilangan antara Pennisetum purpureum dengan Pennisetum americanum), persaingan tersebut itu bukan saja meliputi unsur hara tetapi juga persaingan untuk mendapatkan sinar matahari.



D.    Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi

          Faktor biofisik       

  • Tidak sesuai untuk lahan-lahan pada lereng yang sangat miring atau di daerah-daerah yang hujannya lama.
  • Di daerah-daerah yang kering, banyak  rumput yang tidak tahan kekeringan
  • Iklim kering akan membatasi pilihan jenis rumput yang sesuai.

       Faktor sosial ekonomi
  • Para petani mungkin tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengelola rumput dengan baik sehingga rumput menjadi tanaman pengganggu
  • Dalam sistem-sistem pertanian tradisional dengan ternak bebas berkeliaran, para petani mungkin tidak ingin menerapkan teknik pemeliharaan ternak dalam kandang
  • Para petani merasa bahwa rumput menjadi tempat persembunyian tikus yang mengancam tanaman pangan
  • Di banyak lokasi bahan tanaman tidak tersedia
  • Petani yang tidak memiliki ternak mungkin tidak tertarik dengan teknik ini
  • Kerugian produksi tanaman utama karena persaingan dengan rumput.



       BAB IV

            PENUTUP



4.1             Kesimpulan


Strategi konsevasi tanah bias di lakukan dengan berbagai macam cara. Konservasi tanah pada dasarnya merupakan cara penggunaan tanah yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Salah satu strategi konservasi tanah dalam mengurasi erosi pada lahan pertanian adalah dengan pemulsaan.





4.2               Saran


                  Pengelolaan lahan pertanian harus dilakukan secara serius dengan strategi strategi khusus yang juga disesuaikan dengan keaadaan lahan kering itu sendiri. Baik tingkat kemiringan, ketinggian tempat dan lain lain.












  DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor : IPB Press

Aulia, nurul. 2012. Konservasi mekanik dan kimia. Yang diakses pada http://www.slideshare.net/Nurul_Aulia/konservasi-mekanik-dan-kimia, pada 8 november 2012, pukul 19.20 WIB



Balai besar litbang. 2007. Petunjuk Teknis Konservasi Air Dan Tanah.  Yang di akses pada http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/download/jukniskta.pdf, pada tanggal 8 November 2012, pukul 19.30 WIB






Pelatihan Komputer dan Sistem e-Petani (Pelatihan Bagi Penyuluh Kecamatan) Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) 2010






























0 komentar:

Posting Komentar